KAGUM TIMES | JAKARTA – Bapak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bandung dan Jawa Barat Henry Husada mengaku dirinya senang melhat orang lain senang.
“Slogan saya itu SMS, Senang Melihat orang Senang,” ungkap Henry Husada di Beatriss Cafe, Jalan Wijaya II Nomor 77, Jakarta Selatan, Senin 27 November 2023.
Sebagai Bapak UMKM Bandung dan Jawa Barat, dirinya senang banyak membina orang yang semula pekerja profesional lalu menjadi pedagang pemula. Selanjutnya menjadi pedagang mikro dan akhirnya menjadi pedagang menengah.
“Itu semua saya membina UMKM. Jadi seperti sekretaris-sekretaris saya, contohnya. Sekretaris saya ada tiga. Mungkin nantinya salah satunya sudah jadi pedagang. Karena saya ga mau lama-lama dia membantu saya. Banyak sekretaris saya juga sudah mengerti, sudah mengikuti saya cara berdagang, cara negosiasi,” jelas CEO KAGUM Grup ini.
Lebih jauh Henry Husada mengatakan, etos dagang bisa diciptakan. Syaratnya, harus berani keluar dari zona nyaman.
“Kalau yang sekarang ini (pekerja profesional) setiap bulan mendapat gaji, satu bulan dapat gaji. Tapi kalau dagang kan bisa ga dapat gaji, tapi bisa juga mendapat 10 kali lipat dari gaji yang didapat,” ucap Wakil Ketua Umum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Koordinasi Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten ini.
Selanjutnya kata Henry Husada, pelaku UMKM wajib memerhatikan kemasan produk. Kemasan produk tidak boleh asal-asalan. “Barang enak atau baguspun jadi ga enak,” ujarnya.
Hal penting lainnya adalah kualitas. Walaupun UMKM, harus ada standardisasi kualitas. “Itu saya perhatikan. Jangan hari ini kalau kita ngomong kue, adonannya hari ini keasinan, besok kemanisan. Itu tidak bisa,” tegas Henry Husada.
Kemudian mengenai harga. Pelaku UMKM sebaiknya tidak menaikkan harga sesuka hati. “Jangan hari ini sudah untung, berikutnya menaikkan harga seenaknya,” imbau tokoh Tionghoa Ketua Marga Hen ini.
Terakhir menurut Henry Husada adalah komitmen atau ketaatan. Ketaatan merupakan hal paling penting.
“Jadi pada umumnya, kalau orang sudah berhasil, motor yang tadinya sudah bagus, beli lagi motor baru. Bukan dipikirkan cara menambah modal, untuk menambah dagangan,” jelas dia lagi.
“Mobil masih bagus, ganti atau tambah mobil lagi. Bukannya tidak boleh nambah mobil, kalau bisnisnya sudah bagus mau ganti mobil sepuluh juga tidak jadi masalah. Sekarang kalau sedang dibina, kalau mau naik ke atas, jangan konsumtif. Tidak boleh konsumtif,” pungkas Henry Husada. (kgm)